Rabu, 02 Maret 2011

Epistaksis

A.EPISTAKSIS
Epistaksis adalah pendarahan pada hidung yang dapat terjadi akibat sebab local atausebab umum (kelainan sistemik).Epistaksis bukan suatu penyakit,melainkan gejalahsuatu kelainan.
B.ETIOLOGI
Penyebab local
• Trauma, misalnya mengorek hidung, terjatuh, terpukul, benda asing dihidung, trauma sis pembedahan, atau iritasi yang merangsang.
• Infeksi hidung dan sinus paranasal, seperti rinitis, sinusitis; serta granuloma spesifik, seperti lepra dan sifilis.
• Tumon, baik jinak mupun ganas pada hidung, sinus paranasal,dan nasofaring.
• Pengaru lingkungan, misalnya perubahan tekanan atmosfir mendadak seperti pada penerbang dan penyelam (penyakit caisson), atau lingkungan yang udaranya sangat dingin.
• Benda asing dan rinolit, dapat menyebabkan epistaksis ringan disertai ingus berbau busuk.
• Idiopatik, biasanya merupakan epistaksis yang ringan dan berulang pada anak dan remaja.
Penyebab sistemik:
• Penyakit kardiovaskuler,seperti hipertensi dan kelainan pembuluh darah.
• Kelainan darah, seperti trombositopenia, hemophilia, dan leukemia.
• Infeksi sistemik, seperti demam berdarah dengue, influenza, morbili, atau demam tifoid.
• Gangguan endoktrin, seperti pada kehamilan, menars, dan menopause.
• Kelainan congenital, seperti penyakait Osler (hereditary hemorrhagic telangiectasia).




C.PATOFISIOLOGI
Terdapat dua sumber perdarahan yaitu bagian anterior dan posterior.
Pada epistaksis anterior, perdarahan berasal dari pleksus Kiesselbach (yang paling banyak terjadi dan sering terjadi pada anak-anak), atau dari arteri etmoidalis anterior.Biasanya perdarahan tidak begitu hebat dan bila pasien duduk darah akan keluar melalui lubang hidung. Sering kali dapat berhenti spontan dan mudah diatasi.
Pada epistaksis posterior, perdarahan berasal dari arteri sfenopalatina dan arteri etmoidalis posterior. Epistaksis posterior sering terjadi pada pasien usia lanjut yang menderita hipertensi,arterosklerosis, atau penyakit kadiovaskuler. Perdarahan biasanya hebat dan Jarang berhenti spontan.


D. PENATALAKSANAAN

Tiga prinsip utama penanggulangan epistaksis:
• menghentikan pendarahan
• mencegah komplikasi
• mencegah berulangnya epistaksis

Alat-alat yang digunakan: lampu kepala, speculum hidung, alat hisap, forsep bayonet, spatel lidah,kateter karet, pililit kapas(cotton applicator), lampu spiritus, kapas,tampon posterior(tampon bellocq), kaselin, saleb anti biotic, larutan kantokain 2% atau semprotan silokain untuk anestasilokal, larutan adrenalin 1/10.000, larutan nitras argen 20-30%, larutan triklorasetat 10%, atau elektro kauter.
Pertama-tama, keadaan umum dan tanda vital harus diperiksa. anamnes is singkat sambil meper siapkan alat, kemudian yang lengkap setelah perdaraha berhenti untuk membantu menegukan sebab perdarahan.
Menghentikan perdarahan secara aktiv, seperti pemasangan tampon dan kaustik lebih baik dari pada memberikan obat-obatan hemostatik sambil menunggu epistaksis berhenti.
Pasien diminta duduk tegak (agar tekanan vaskuler berkurang dan mudah membatukan darah di faring). Bila dalam keadaan lemah atau syok, pasien dibaringkan dengan bantal di belakang punggung. Sumber perdarahan dicari dengan bantuan alat hisap agar hidung bersih dari bekuan darah. Kemudian, pasang tampon anterior yang telah dibasahi dengan adrenalin dan lido kain atau panto kain untuk menghentikan perdarahan dan mengurangi rasa nyeri untuk tindakan selanjutnya. Biarkan 3-5 menit dan tentukan apakah sumber perdarahan di bagian anterior atau posterior.
Pada anak yang seringmengalami epistaksis ringan, perdarahan dihentikan dengan cara menekan kedua cuping hidung kearah septum selama beberpa menit.

E. PERDARAHAN ANTERIOR
Jika terlihat, sumber perdarahan di kaustik dengan larutan nitras argenti 20-30% ( atau asam triklorasetat 10% ) atau elektrokauter. Sebelumnya diberikan analgesic topical. Bila dengan cara ini perdarahan masih terus berlangsung, maka diperlukan pemasangan b anterior, yaitub kapas atau yang kasa menyer upai pita dengan lebar kurang lebih ½ cm, yang diberikan vaselin atau saleb antibiotic agar tidakmelekat sehingga terjadi perdarahan ulang saat pencabutan. Tampon anterior dimasukan melalui nares anterior diletakan berlapis mulia dari dasar sampai puncak rongga hidung, dan harus menekan tempat asal perdarahan. Tampon dipertahankan 1-2 hari.
Jika tidak ada penyakit yang mendasarinya, pasien diperbolehkan rawat jalan, dan diminta lebih banyak duduk serta mengangkat kepalanya sedikit pada malam hari. Pasien lanjut usia harus dirawat.

F. PERDARAHAN POSTERIOR
Terjadi bila sebagian besar darah yang keluar masuk ke dalam varing, tampon anterior tidak dapat menghentikan perdarahan, dan pada pemeriksaan hidung tamak perdarahan di posterior superior.
Perdarahan posterior lebih sukar diatasi karena perdarahan biasanya hebat dan sukar melihat bagian posterior dari kavum nasi. Dilakukan pemasangan tampon posterior (tampon bellocq), aitu tampon yang mempunyai 3 utas benang, 1 utas ditiap ujung dan 1 utas ditengah. Tampon harus dapat menutup koana (nares posterior). Tampon dibuat dari kasa padat berbentuk bulat atau kubus dengan diameter kurang lebih 3cm.
Untuk memasang tompon bellocq, kateter karet dimasukan salah satu nares anterior sampai tampak di orovaring dan ditarik keluar melalui mulut. Ujng kateter diikat pada salah satu benang yang ada pada salah satu ujng tampon, keudian kateter ditarik melalui hidung sampai benang keluar dari nares anterior. Denga cara yang sama benang yang lain dikeluarkan meelalui lubang hidung sebelahnya. Benang yang keluar kemudian ditarik dan dengan bantuan jari telunjuk tampon tersebut didorong kea rah nasovaring. Agar tidak bergerak, kedua benang yang keluar, dari nares anterior kemudian diikat pada sebuah gulungan kasa didepan lubang hidung. Ujng benang yang keluar dari mulut, dilekatkan pada pipi. Benang tersebut berguna bila hendak mengeluarkan tampon. Jika dianggap perlu dapat pulu dipasang tampon anterior .
Pasien dengan tampon posterior harus dirawat dan tampon dikeluarkan dalam waktu 2-3 hari setelah pemasangan. Dapat diberikan analgesic atau sedaltif yang tidak menyebabkan depresi pernapasan. Bila cara diatas dilakukan dengan baik, maka sebagian besar epistaksis dapat ditanggulangi.
Sebagia pengganti tampon posterior, dapat pula dipakai kateter Foley dengan balon. Selain itu dapat pula dipakai oabat-obatan hemostati seperti vitamin K atau karbazokrom.
Padda epistaksis berat dan berulang yang tak dapat datasi dengan pemasangan tampon, diperlukan ligasi arteri atmoidalis anterior dan posterior atau arteri maksila intena. Untuk ini pasien harus dirujuk ke rumah sakit.
Epistaksis akibat frakturnasi atau septumnasi biasanya berlangsung singkat dan berhenti secara spontan. Kadang-kadang timbul kembali beberapa jam atau beberapa hari kemudian setelah edema berkurang . sebaiknya pasien dirujuk untuk menjalani perawatan frakturnasi dan ligasi bila diperlukan.


G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Untuk menilai secara keadaan umum dan mencari etiologi, dilakukan pemeriksaan darah tepi, fungsi hemostatis, uji faal hati dan ginjal. Dilakukan pula pemeriksaan foto hidung, sinus paranasal, dan nasofaring, setelah keadaan akut diatasi.

H.KOMPLIKASI
Dapat terjadi langsung akibat epistaksis sendiri atau akibat usaha penanggulangannya.

Akibat perdarahan hebat
1. syok dan anemia
2. tekanan darah yang turun mendadak dapat menimbulkan iskemia otak, insufisiensi koroner dan infark miokard,dan akhirnya kematian. Harus segera dilakukan pemberian infuse atau tranfusi dara.

Akibat pemasangan tampon
1. pemasangan tampon dapat menimbulkan sinusitis,otitis media, bahkan septicemia. Oleh karena itu pada setip pemasangan tampon harus selalu diberikan anti biotic dan setelah 2-3 harus dicabut meski akan dipasang tampon baru bila masih berdarah.
2. Sebagai akibat mengalirnya darah secara retrograde melalui tuba Eustachius, dapat terjadi hemotimpanumdan air mata yang berdarah.
3. Pada waktu pemasangan tampon bellocq dapat terjadi laserasi palatum mole dan sudut bibir Karena benang terlalu kencang dilekatkan.


I.PROGNOSIS
Sembilan puluh persen kasus epistaksis dapat berhenti sediri.pada pasien hipertensi dengan atau tanpa arteriosklerosis, biasanya perdarahan hebat, sering kambuh, dan prognosisnya buruk.



BAB I
PENDAHULUAN


LATAR BELAKANG
Epistaksis atau yang sering dikenal di masyarakat dengan kata mimisan, merupakan perdarahan hidung. Epistaksis bukan suatu penyakit, melainkan gejala suatu kelainan.
Epistaksis sering ditemukan pada anak-anak , hal ini dapat terjadi akibat trauma, infeksi hidung dan sinus paranasal, tumor, benda asing dan rinolit, idiopatik, penyakit kardiovaskular, kelainan darah, infeksi sistemik, gangguan endrokin, kelainan congenital.
Epistaksis juga dapat menyebabkan komplikasi, baik akibat epistaksis sendiri maupun akibat penanggulangan



TUJUAN
Tujuan pembuatan makalah ini adalah agar mahasiswa lebih memahami apa itu epistaksis atau dalam bahasa awamnya, disebut mimsan.
Untuk memenuhi persyaratan dalam mengikuti mata kuliah interna.


KESIMPULAN
Epistaksis merupakan perdarahan dari hidung yang dapat terjadi akibat sebab local atau sebab umum.
Epistaksis sering terjadi pada anak-anak, dan Sembilan puluh persen kasus epistaksis dapat berhenti sendiri.

DAFTAR PUSTAKA


Arif Mansjoer,kuspuji triyanti,rakhim savitri, wahyu ika wardhani wiwiek setiowulan.2001. KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN. jilid 1edisi ketiga.Jakarta: Balai penerbit Media Aesculapius Fak kedokteran UI, 2001.

1 komentar:

  1. Mens Black Titanium Wedding Band - TITanium Arts
    Titanium titanium earrings Arts by Tippo titanium wedding bands for men Arts is an 포커 고수 exquisite wedding band revlon titanium max edition crafted from steel, stainless trex titanium headphones steel, and a custom design.

    BalasHapus