Rabu, 02 Maret 2011

Osteosarkoma

OSTEOSARKOMA

Konsep Medis
1. Pengertian
Sarkoma adalah tumor yang berasal dari jaringan penyambung. Kanker adalah neoplasma yang tidak terkontrol dari sel anaplastik yang menginvasi jaringan dan cenderung bermetastase sampai ke sisi yang jauh dalam tubuh.
Osteosarkoma ( sarkoma osteogenik ) adalah tumor yang muncul dari mesenkim pembentuk tulang.
Sarkoma osteogenik ( Osteosarkoma ) merupakan neoplasma tulang primer yang sangat ganas. Tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang tempat yang paling sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut.
Osteosarkoma ( sarkoma osteogenik ) merupakan tulang primer maligna yang paling sering dan paling fatal. Ditandai dengan metastasis hematogen awal ke paru. Tumor ini menyebabkan mortalitas tinggi karena sarkoma sering sudah menyebar ke paru ketika pasien pertama kali berobat.
Osteosarkoma disebut juga osteogenik sarkoma adalah suatu neoplasma ganas yang berasal dari sel primitif(poorly differentiated cells) di daerah metafise tulang panjang pada anak-anak.1 Disebut osteogenik oleh karena perkembangannya berasal dari seri osteoblastik sel mesensim primitif. Osteosarkoma merupakan neoplasma primer dari tulang yang tersering nomer setelah myeloma multipel.

Osteosarkoma biasanya terdapat pada metafisis tulang panjang di mana lempeng pertumbuhannya (epiphyseal growth plate) yang sangat aktif; yaitu pada distal femur, proksimal tibia dan fibula, proksimal humerus dan pelvis. Pada orang tua umur di atas 50 tahun,osteosarkoma bisa terjadi akibat degenerasi ganas dari pagetÕs disease, dengan prognosis sangat jelek.
Tempat-tempat yang paling sering terkena adalah femur distal, tibia proksimal dan humerus proksimal. Tempat yang paling jarang adalah pelvis, vertebra, mandibula, klavikula, skapula, atau tulang-tulang pada tangan dan kaki. Lebih dari 50% kasus terjadi pada daerah lutut.

2. Etiologi
a. Genetik
Beberapa kelainan genetik di kaitkan dengan terjadinya keganasan tulang. Dari data penelitian, diduga mutasi genetik pada sel induk mesenkim dapat menimbulkan sarkoma.
b. Radiasi
Keganasan jaringan lunak dapat terjadi pada daerah tubuh yang terpapar radiasi seperti pada klien karsinoma mamma dan limfoma maligna yang mendapat radioterapi.
c. Bahan kimia
Bahan kimia seperti Dioxin dan phenoxyherbicide diduga dapat menimbulkan sarkoma, tetapi belum dapat dibuktikan.
d. Trauma
Sekitar 30% kasus keganasan pada jaringan lunak mempunyai riwayat trauma. Walaupun sarkoma kadang-kadang timbul pada jaringan sikatriks lama, luka bakar, dan riwayat trauma,semua ini tidak pernah dapat dibuktikan.
e. Infeksi
Keganasan pada jaringan lunak dan tulang dapat juga disebabkan oleh infeksi parasit, yaitu filariasis.


3. Manifestasi klinis
• Gejala klinis yang paling utama adalah nyeri, yang pada awalnya ringan dan tidak sering, namun seiring dengan waktu akan menjadi sangat nyeri dan menetap
• Dapat menimbulkan gangguan pada sendi
• Tumor berkembang secara cepat
• Karena tumor ini banyak pembuluh darahnya, maka permukaannya hangat
• Dapat terlihat adanya pembuluh darah yang melebar di permukaan tumor


4. Patofisiologi
Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak di invasi oleh sel tumor. Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu proses destruksi atau penghancuran tulang dan respon osteoblastik atau proses pembentukan tulang. Terjadi destruksi tulang lokal.. Pada proses osteoblastik, karena adanya sel tumor maka terjadi penimbunan periosteum tulang yang baru dekat lempat lesi terjadi sehingga terjadi pertumbuhan tulang yang abortif.

Adanya tumor tulang
Jaringan lunak di invasi
oleh tumor
Reaksi tulang normal
Osteolitik (penghancuran tulang) dan Osteoblastik (pembentukan tulang)
destruksi tulang lokal Periosteum tulang yang baru dapat tertimbun dekat tempat lesi
Pertumbuhan tulang yang abortif


5. Pengkajian
A. Data dasar
a. Identitas
Kajian meliputi nama, inisial, umur, jenis kelamin, agama, suku, pendidikan, pekerjaan yang terpapar sinar matahari
b. Riwayat penyakit dahulu
Beberapa penyakit dahulu yang pernah di derita yang berhubungan dengan keluhan sekarang
c. Riwayat penyakit sekarang
Meliputi alasan masuk rumah sakit, kaji keluhan klien, kapan mulai tanda dan gejala
d. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama
e. Riwayat pemakaian obat-obatan dan bahan kimia
Kajian ini meliputi pemakaian obat-obatan dan bahan kimia yang berbahaya
f. Data biologis
1. Pola nutrisi ; klien mengalami anoreksia dan sering muntah
2. Pola minum : masukan cairan klien adekuat atau tidak
3. Pola eliminasi : Terjadi konstipasi dan berkemih tergantung pemasukan cairan
4. Pola istirahat dan tidur : tidak dapat tidur nyenyak akibat nyeri post operasi
5. Pola aktivitas :Tidak dapat melakukan aktivitas seperti biasa
g. Data psikologis
1. Status emosi
2. Klien dapat merasa terganggu dengan kondisi yang dialaminya
3. Pola koping : klien cemas, menarik diri
h. Data social
1. Pendidikan dan pekerjaan :Tingkat pengetahuan klien minim
2. Hubungan social : hubungan social dengan keluarga dan orang terdekat berjalan baik atau tidak
3. Gaya hidup : kebiasaan merokok, minum minuman berakohol

6. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Kebanyakan pemeriksaan laboratorium yang digunakan berhubungan dengan penggunaan kemoterapi. Sangat penting untuk mengetahui fungsi organ sebelum pemberian kemoterapi dan untuk memonitor fungsi organ setelah kemoterapi. Pemeriksaan darah untuk kepentingan prognosa adalah lactic dehydrogenase (LDH) danalkaline phosphatase (ALP). Pasien dengan peningkatan nilai ALP pada saat diagnosis mempunyai kemungkinan lebih besar untuk mempunyai metastase pada paru. Pada pasien tanpa metastase, yang mempunyai peningkatan nilai LDH kurang dapat menyembuh bila dibandingkan dengan pasien yang mempunyai nilai LDH normal.
Beberapa pemeriksaan laboratorium yang penting termasuk:
• LDH
• ALP (kepentingan prognostik)
• Hitung darah lengkap
• Hitung trombosit
• Tes fungsi hati: Aspartate aminotransferase (AST), alanine aminotransferase (ALT), bilirubin, dan albumin.
• Elektrolit : Sodium, potassium, chloride, bicarbonate, calcium, magnesium, phosphorus.
• Tes fungsi ginjal: blood urea nitrogen (BUN), creatinine
• Urinalisis

2. Radiografi
Pemeriksaan X-ray merupakan modalitas utama yang digunakan untuk investigasi. Ketika dicurigai adanya osteosarkoma, MRI digunakan untuk menentukan distribusi tumor pada tulang dan penyebaran pada jaringan lunak sekitarnya. CT kurang sensitf bila dibandingkan dengan MRI untuk evaluasi lokal dari tumor namun dapat digunakan untuk menentukan metastase pada paru-paru. Isotopic bone scanning secara umum digunakan untuk mendeteksi metastase pada tulang atau tumor synchronous, tetapi MRI seluruh tubuh dapat menggantikan bone scan.

1. X-ray

Foto polos merupakan hal yang esensial dalam evaluasi pertama dari lesi tulang karena hasilnya dapat memprediksi diagnosis dan penentuan pemeriksaan lebih jauh yang tepat.

2. CT Scan

CT dapat berguna secara lokal ketika gambaran foto polos membingungkan, terutama pada area dengan anatomi yang kompleks (contohnya pada perubahan di mandibula dan maksila pada osteosarkoma gnathic dan pada pelvis yang berhubungan dengan osteosarkoma sekunder).

3. MRI

MRI merupakan modalitas untuk mengevaluasi penyebaran lokal dari tumor karena kemampuan yang baik dalam interpretasi sumsum tulang dan jaringan lunak.

4. Ultrasound

Ultrasonography tidak secara rutin digunakan untuk menentukan stadium dari lesi. Ultrasonography berguna sebagai panduan dalam melakukan percutaneous biopsi. Pada pasien dengan implant prostetik, Ultrasonography mungkin merupakan modalitas pencitraan satu satunya yang dapat menemukan rekurensi dini secara lokal, karena penggunaan CT atau MRI dapat menimbulkan artefak pada bahan metal.1 Meskipun ultrasonography dapat memperlihatkan penyebaran tumor pada jaringan lunak, tetapi tidak bisa digunnakan untuk mengevaluasi komponen intermedula dari lesi.

5. Nuclear Medicine

Osteosarcoma secara umum menunjukkan peningkatan ambilan dari radioisotop pada bone scan yang menggunakan technetium-99m methylene diphosphonate (MDP). Bone scan sangat berguna untuk mengeksklusikan penyakit multifokal. skip lesion dan metastase paru-paru dapat juga dideteksi, namun skip lesion paling konsisten jika menggunakan MRI. Karena osteosarkoma menunjukkan peningkatan ambilan dari radioisotop maka bone scan bersifat sensitif namun tidak spesifik.



7. Penatalaksanaan
Beberapa dekade yang lalu, kombinasi antara preoperatif dan postoperatif kemoterapi, serta pembedahan yang lebih efektif meningkatkan angka harapan hidup 5 tahun hingga 70%.
• Konservatif
Zat-zat kemoterapi yang digunakan adalah seperti metotreksat dosis tinggi, adriamisin, doksorubisin, cisplanin, dan ifosfamid.
• Operasi
Penanganan bedah tergantung pada stadium tumornya. Semakin tinggi stadiumnya, semakin tumornya tidak dapat dioperasi. Namun, saat ini sangat dihindarkan amputasi.

8.Diagnosa Keperawatan
1. Cemas b/d prognosis penyakit dan amputasi.
Tujuan ; Ansietas, kekuatiran dan kelemahan menurun pada tingkat yang dapat mendemonstrasikan kemandirian yang meningkat dalam aktivitas dan proses pengambilan keputusan.

Intervensi
a. Kaji tingkat kecemasan klien
Rasional; Membantu dalam mengidentifikasikan kekuatan dan keterampilan yang mungkin membantu pasien mengatasi keadaannya sekarang dan untuk memberikan bantuan yang sesuai.
b. Gunakan pendekatan yang tenang dan berikan suatu suasana lingkungan yang dapat diterima.
Rasional; Membantu pasien dalam membangun kepercayaan pada tenaga kesehatan.
c. Dorong sikap harapan yang realistis.
Rasional; Meningkatkan kedamaian diri.
d. Dukung penggunaan mekanisme pertahanan diri yang sesuai.
Rasional; Meningkatkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah
e. Klasifikasi persepsi pasien tentang proses penyakit, pengobatan.
Rasional; Membantu dalam memahami informasi yang penting dan menghilangkan mitos.

2. Nyeri berhubungan dengan post op
Tujuan; Nyeri tidak ada atau terkontrol

Intervensi;
a. tentukan letak nyeri, karakteristik, kualitas dan beratnya sebelum pasien mendapatkan pengobatan.
Rasional; membantu menentukan pilihan intervensi dan memberikan dasar untuk perbandingan dan evaluasi terhadap terapi.
b. Atur posisi klien
Rasional; tirah baring dalam posisi yang nyaman memungkinkan pasien untuk menurunkan spasme otot, menurunkan penekanan pada bagian tubuh tertentu dan memfasilitasi terjadinya reduksi dari tonjolan diskus.
c. Bantu relaksasi untuk memfasilitasi respon terhadap analgetik
Rasional; memfokuskan perhatian klien, membantu menurunkan ketegangan otot dan meningkatkan proses penyembuhan.
d. Cek pesanan medis terhadap obat, dosis dan frekuensi pemberian analgetik
Rasonal; membantu dalam penyembuhan klien.
e. Pilih analgesik yang sesuai jika lebih dari satu yang diresepkan.
Rasional; dapat membantu dalam menurunkan nyeri.
f. Berikan analgetik pada waktunya terutama untuk nyeri berat
Rasional; menghilangkan dan/atau mengurangi nyeri.
g. Pantau tanda- tanda vital sebelum dan sesudah pemberian analgetik narkotik untuk dosis pertama atau jika ada tanda yang tidak umum mohon dicatat.
Rasional; untuk mengetahui apakah klien cocok atau tidak dengan obat tersebut.
h. Cek riwayat alergi obat
Rasional; mengurangi terjadinya kesalahan dalam pemberian obat.
3. Resiko tinggi infeksi b/d amputasi
Tujuan; tidak adanya infeksi

Intervensi;
a. Lakukan perawatan luka yang steril
Rasional; meminimalkan kesempatan introduksi bakteri.
b. Mengganti balutan dan melakukan inspeksi luka
Rasional; deteksi dini terjadinya infeksi memberikan kesempatan untuk intervensi tepat waktu dan mencegah komplikasi lebih serius.
c. Pantau TTV klien
Rasional; indikator umum status sirkulasi dan keadekuatan perfusi.
d. Asupan nutrisi yang adekuat
Rasional; sangat mempengaruhi dalam proses penyembuhan klien.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
Tujuan; Pasien mempertahankan berat badan 5 % sebelum pengobatan. Pasien tidak mengalami mual, muntah atau jika akan dikontrol dan diminimalkan.

Intervensi;
a. Kaji masukan makanan dan cairan.
Rasional; Mengetahui input dan output cairan pada tubuh pasien.
b. Kolaborasi dengan ahli gizi sesuai kebutuhan.
Rasional; Meningkatkan kebutuhan nutrisi pada pasien.
c. Timbang berat badan pasien saat masuk dan setiap minggu dengan menggunakan timbangan yang sama.
Rasional; Membuat data dasar,membantu dan memantau keefektifan penurunan dan penambahan berat badan.
d. Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering.
Rasoinal; Meningkatkan nafsu makan
e. Berikan suplemen dan makanan tambahan
Rasional; meningkatkan nafsu makan klien
5. Perubahan eliminasi urinarius berhubungan dengan efek samping kemoterapi yang dapat mengakibatkan kemoterapi hematuria atau tosisitas renal.
Tujuan; Eliminasi urine optimal dapat dipertahankan.

Intervensi;
a. Pantau eliminasi urine yang meliputi warna, jumlah, adanya sel darah merah, ureum, keratinin.
Rasional; mengidentifikasi fungsi kandung kemih dan fungsi ginjal.
b. Hitung intake dan output cairan
Rasional; mengidentifikasi keseimbangan cairan dalam tubuh klien.
c. Berikan kemoterapi pada pagi hari.
Rasional; untuk membantu dalam proses penyembuhan.
d. Instruksikan pasien untuk minum paling sedikit 8- 12 gelas perhari sebelum atau sesudah kemoterapi.
Rasional; membantu mempertahankan fungsi ginjal, mencegah infeksi dan pembentukan batu.
e. Instruksikan pasien untuk berkemih setiap dua sampai tiga jam sebelum tidur dan ketika bangun di malam hari.
Rasional; untuk mempertahankan fungsi kandung kemih.
f. Beritahu mengenai rasional untuk masukan cairan adekuat dan sering berkemih.
Rasional; agar pasien mengerti dan tidak bertanya-tanya serta melakukan anjuran perawat.
g. Bantu pemasukan cairan lewat IV
Rasional; untuk membantu dalam proses penyembuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar